Pelajaran Paling Membosankan – Untuk Apa Kita Belajar Sejarah??
Mengapa Pelajaran Sejarah Membosankan
Sebenarnya sudah dari dulu saya ingin menulis artikel ini. Tetapi karena keterbatasan waktu jadi saya urungkan. dan akhirnya selesai juga. :D
Sebagai mahasiswa pendidikan sejarah, terkadang sering saya jumpai pertanyaan-pertanyaan seperti : “Untuk apa sih masa lalu dipelajari? Gak penting! gak up to date, Masalalu itu untuk dikenang gak perlu jadi pelajaran.”
Dan saya pun terdiam!
Bukan berarti saya tidak dapat menjawab pertanyaan seperti itu, tetapi saya melihat dulu siapa yang bertanya. Jika lawan bicara orang yang bersifat egois idealis pasti dia lebih mementingkan apa yang jadi pemikirannya dan tak mau menerima masukan apapun dari orang lain. Baginya, pemikirannya lah yang paling benar.
Nah, jika bertemu orang demikian saya lebih memilih diam dan tersenyum. (bibir tersenyum hati tertawa). Hahaha. Daripada terjadi debat kusir yang tak bertemu titik ujungnya.
Jika bertemu lawan bicara yang sebaliknya, saya dengan senang hati menjelaskan, memaparkan, sehingga terjadilah saling berbagi dan menambah wawasan. Simbiosis mutualisme (dia menambah wawasan, dan saya mengasah kemampuan berbicara).
Tidak dipungkiri, belajar sejarah yang terjadi pada saat ini memang dianggap membosankan, itu karena sejak dahulu kita belajar sejarah dengan cara mengigat nama, tempat, dan tahun kejadian. Itu semua dipelajari dengan menghafal.
Ini merupakan kesalahan terfatal dalam dunia pendidikan kita.
Mengapa belajar sejarah membosankan?
Pelajaran sejarah saat ini masih dipandang sebelah mata dibandingkan dengan pelajaran lain, bahkan pelajaran sejarah sendiri dianggap tidak memiliki korelasi terhadap apa yang akan kita kerjakan atau perbuat dimasa kini.
Memang benar, bagaimana mungkin sejarah mempunyai pengaruh untuk saat ini jika yang dipelajari hanya menghafal nama, tahun dan tempat.
Jika masih terus seperti itu metode yang digunakan bukan tidak mungkin sejarah semakin tertinggal dengan pelajaran lain, seperti saint, hukum, akutansi, kedokteran dan lain sebagainya. Yang sudah jelas dampaknya lebih terasa untuk saat ini.
Ini pula tidak terlepas dari kebijakan pemerintah, terutama sejak orde baru, yang memasukkan unsur politik ke dalam pembelajaran sejarah.
Sejarah tidak lagi berdiri sendiri, tapi sudah dipengaruhi kebijakan politik dengan tujuan mengamankan kepentingan penguasa.
Sejatinya, penguasa sangat sadar, jika generasi muda belajar sejarah dengan sungguh-sungguh, maka dapat mengganggu jalannya pemerintahan.
Oleh karena itulah, berbagai peristiwa sejarah dipolitisir dengan mengaburkan narasi peristiwa sesungguhnya. Untuk mendukung kebijakan ini, pemerintah merangkul sejarawan untuk menuliskan narasi sejarah sesuai selera penguasa.
Berikut beberapa ciri historiografi sejarah versi penguasa yang berhasil saya rangkum dan juga termuat dalam http://sejarah.kompasiana.com/ dan berbagai sumber lainnya :
*Pertama :
Mengedepankan aktor sejarah yang berasal dari kalangan penguasa.
Perubahan dalam sejarah hanya muncul dari kelompok penguasa. Rakyat kecil sebatas pelengkap saja. Versi sejarah seperti inilah yang diprotes oleh sejarawaan Sartono Kartodirjo, yang menyebutkan wong cilik juga bisa melahirkan sejarah seperti yang ia tuliskan dalam Pemberontakan Petani Banten (1888).
*Kedua :
Monopoli kebenaran.
Sejarah pesanan penguasa menabukan adanya perbedaan sudut pandang penulisan sejarah. Seperti historiografi peristiwa G 30 S yang menurut orde baru diotaki secara tunggal oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Dan ini bertahan sampai sekarang. Padahal, sudah banyak tulisan mengenai peristiwa ini yang menyebutkan keterlibatan pihak lain, termasuk Soeharto.
*Ketiga :
Historiografi sejarah buatan penguasa tidak hanya sebagai bahan bacaan semata, tetapi juga digunakan sebagai media indoktrinasi yang didukung dengan bantuan media elektronik seperti pembuatan film. Kita tentunya sudah biasa menonton fim G 30 S PKI setiap bulan September kala Soeharto masih berkuasa.
*Keempat :
Teks sejarah versi penguasa bertujuan untuk “mencuci” otak alam pikiran masyarakat. Di mana status quo akan aman ketika kondisi sosial masyarakat bisa dikendalikan. Yaitu dengan menanamkan rasa benci atau permusuhan terhadap kelompok lain yang dianggap bersalah atau bertanggung jawab atas suatu peristiwa sejarah.
Buku - buku yang memuat PKI dan film G 30 S PKI, terbukti efektif menimbulkan rasa permusuhan masyarakat terhadap anggota masyarakat lainnya yang terlebih dahulu sudah dicap sebagai anggota atau simpatisan PKI.
Mereka dikucilkan bahkan tidak memiliki akses hidup seperti masyarakat lainnya. Padahal, banyak diantara mereka yang tidak tahu-menahu soal peristiwa kelam tersebut.
Pentingnya Belajar sejarah
Belajar sejarah sangat penting bagi kita. Pada dasarnya sejarah secara etimologi diambil dari bahasa arab yaitu syajaratun yang digambarkan sebagai sebuah pohon.
Pohon itu memiliki banyak unsur. Ada batang, ranting, buah, akar, daun dan lain - lain. Kita dapat melihat bagaimana pohon itu tumbuh berkembang dan menumbuhkan daun.
Namun tak ada daun yang abadi, semua yang tumbuh pasti akan gugur pada waktunya. Seperti itulah sejarah. Ilmu serta catatan-catatan sejarah yang kita ketahui tidak selamanya abadi.
Sejarah sangat penting dalam kehidupan kita secara pribadi sebagai manusia, maupun sebagai masyarakat yang berbangsa dan bernegara.
Peristiwa-peristiwa yang telah terjadi bisa dijadikan pelajaran yang berharga untuk hidup yang lebih baik lagi.
Kita kesampingkan dulu masalah hafal menghafal nama tanggal dan tahun. Kita kedepankan makna yang terjadi dalam sebuah peristiwa.
Sebagai contoh : bagaimana caranya jepang dapat menang perang melawan unisoviet? Bukankah unisoviet salah satu Negara digdaya pada masanya?
Rasa persatuan dan nasionalisme yang kuat dari pendudunya membuat mereka percaya diri bisa mengalahkan pasukan musuh.
Ketika mereka hancur lebur saat pristiwa horisima dan Nagasaki? Betapa memilukannya peristiwa itu. Tetapi lihatlah sekarang mereka bangkit menjadi Negara maju dikawasan asia bahkan bersaing di dunia.
Di Indonesia?
Pada masa lalu. Siapa yang tidak mengenal Indonesia. Indonesia bak gadis perawan yang belum tersentuh oleh siapapun, semua pasti akan tergiur akan kemolekan tubuh nya (baca : kekayaan alam)
Banyak bangsa-bangsa di dunia ingin memperebutkan Indonesia, sumber kekayaan berupa rempah-rempah, belum lagi kekayaan lain nya, hampir semua ada di negeri tercinta ini.
Beratus - ratus tahun kita dijajah dan terkuras, semua kekayaan kita membuat negara penjajah semakin kaya.
Kini negeri ini telah berdiri sendiri, tidak ada lagi yang menjajah. Namun anehnya, mengapa kehidupan tak kunjung membaik?
Lupakah kita akan cita-cita pahlawan yang telah gugur?
Mereka berjuang mengorbankan jiwa dan raga demi anak cucu mereka bisa hidup merdeka, hidup lebih baik lagi sebagai bangsa yang bermartabat.
Masih tidak pentingkah sejarah untuk kita?
Melupakan sejarah adalah hal yang fatal dalam menjalani kehidupan. Kita akan terlupa dengan pesan-pesan yang telah ada, semakin lupa maka semakin terjerembab-lah kita dalam mengarungi kehidupan.
Orang yang memahami makna yang tertuang dalam sebuah peristiwa jika mempelajarinya akan lebih bijak lagi dalam mengambil sebuah keputusan, sehingga kemungkinan besar pepatah “jatuh dilubang yang sama” tidak akan terjadi pada dirinya.
Dari balik sebuah peristiwa, ambil yang baik dan perbaiki yang buruk.
Masih kah memandang sejarah sebelah mata?
Mempelajari masa lalu kemudian menceritakan kembali sepertinya begitu-begitu aja. Tidak sulit.
Yaaaa, tetapi ada makna yang lebih lagi dibalik itu semua.
Sama seperti perumpamaan sebuah pohon tadi. Untuk membuktikan kebenaran sejarah, tidak ada sebuah kebenaran yang kekal.
Sebuah catatan sejarah yang bertahun-tahun dijadikan acuan, akan luntur pada waktu nya sampai ada pencatat - pencatat sejarah baru yang bermunculan.
Layaknya daun pada tangkai sebuah pohon, bertahun-tahun tumbuh dan kemudian gugur satu persatu.
Ada daun yang tumbuh karena buatan manusia (dicangkok, dll) dari jauh terlihat alami namun jika dipandang lebih dekat, akan terlihat itu hanya buatan.
Sama seperti sejarah yang sengaja di setting alur kejadiannya untuk kepentingan sesuatu. Bertahun-tahun tertutup secara rapih, namun tunggulah, ada masa nya dimana pencatat sejarah beraksi.
Belajar sejarah juga dapat menempa kepemimpinan seseorang. termasuk kepemimpinan nasional.
Lihatlah soekarno, mengapa ia dikagumi?
Karena soekarno tahu dan paham benar bagaimana perjalanan sejarah bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan sampai masa kolonial.
Dengan mempelajari sejarah, ia menjadi tahu apa yang menjadi kesulitan, masalah dan keinginan rakyat.
Ia menjadi tahu bagaimana memimpin bangsanya agar bisa merdeka dari penjajahan kolonial Belanda. ia belajar dari perjuangan-perjuangan daerah untuk mengusir penjajah. yang dibutuhkan adalah "bersatu".
Untuk menjadi bangsa yang bermartabat sebagai bekas jajahan.
menjadi pemain utama politik dunia di tengah-tengah digdaya AS dan Uni Soviet.
Soekarno tidak mengandalkan politik pencitraan seperti kebanyakan elite politik sekarang ini. Ia tidak perlu memesan lembaga survei untuk mengetahui tingkat popularitasnya di mata rakyat.
Oleh karenanya, kepada elite politik nasional dan lokal, jika ingin berhasil dalam kepemimpinannya, belajar sejarah adalah syarat mutlak.
"Hidup akan lebih mudah jika saja kita mau melihat sejenak kebelakang, tetapi jika terus melihat kebelakang kita akan sulit melangkah kedepan.
JASMERAH!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Cukup sekian dulu, sampai jumpa lagi pada tulisan berikutnya. saya selaku owner sekaligus author Tomi Journey mengucapkan mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan maupun pengutipan.
Not:
Untuk menjaga silaturahmi berkomentarlah sesuai isi postingan.
memakai link hidup kek, link produk kek, gak dilarang, bebas-bebas aja disini gan. hahahaha"
Mengapa Pelajaran Sejarah Membosankan
Sebenarnya sudah dari dulu saya ingin menulis artikel ini. Tetapi karena keterbatasan waktu jadi saya urungkan. dan akhirnya selesai juga. :D
Sebagai mahasiswa pendidikan sejarah, terkadang sering saya jumpai pertanyaan-pertanyaan seperti : “Untuk apa sih masa lalu dipelajari? Gak penting! gak up to date, Masalalu itu untuk dikenang gak perlu jadi pelajaran.”
Dan saya pun terdiam!
Bukan berarti saya tidak dapat menjawab pertanyaan seperti itu, tetapi saya melihat dulu siapa yang bertanya. Jika lawan bicara orang yang bersifat egois idealis pasti dia lebih mementingkan apa yang jadi pemikirannya dan tak mau menerima masukan apapun dari orang lain. Baginya, pemikirannya lah yang paling benar.
Nah, jika bertemu orang demikian saya lebih memilih diam dan tersenyum. (bibir tersenyum hati tertawa). Hahaha. Daripada terjadi debat kusir yang tak bertemu titik ujungnya.
Jika bertemu lawan bicara yang sebaliknya, saya dengan senang hati menjelaskan, memaparkan, sehingga terjadilah saling berbagi dan menambah wawasan. Simbiosis mutualisme (dia menambah wawasan, dan saya mengasah kemampuan berbicara).
Tidak dipungkiri, belajar sejarah yang terjadi pada saat ini memang dianggap membosankan, itu karena sejak dahulu kita belajar sejarah dengan cara mengigat nama, tempat, dan tahun kejadian. Itu semua dipelajari dengan menghafal.
Ini merupakan kesalahan terfatal dalam dunia pendidikan kita.
Mengapa belajar sejarah membosankan?
Pelajaran sejarah saat ini masih dipandang sebelah mata dibandingkan dengan pelajaran lain, bahkan pelajaran sejarah sendiri dianggap tidak memiliki korelasi terhadap apa yang akan kita kerjakan atau perbuat dimasa kini.
Memang benar, bagaimana mungkin sejarah mempunyai pengaruh untuk saat ini jika yang dipelajari hanya menghafal nama, tahun dan tempat.
Jika masih terus seperti itu metode yang digunakan bukan tidak mungkin sejarah semakin tertinggal dengan pelajaran lain, seperti saint, hukum, akutansi, kedokteran dan lain sebagainya. Yang sudah jelas dampaknya lebih terasa untuk saat ini.
Ini pula tidak terlepas dari kebijakan pemerintah, terutama sejak orde baru, yang memasukkan unsur politik ke dalam pembelajaran sejarah.
Sejarah tidak lagi berdiri sendiri, tapi sudah dipengaruhi kebijakan politik dengan tujuan mengamankan kepentingan penguasa.
Sejatinya, penguasa sangat sadar, jika generasi muda belajar sejarah dengan sungguh-sungguh, maka dapat mengganggu jalannya pemerintahan.
Oleh karena itulah, berbagai peristiwa sejarah dipolitisir dengan mengaburkan narasi peristiwa sesungguhnya. Untuk mendukung kebijakan ini, pemerintah merangkul sejarawan untuk menuliskan narasi sejarah sesuai selera penguasa.
Berikut beberapa ciri historiografi sejarah versi penguasa yang berhasil saya rangkum dan juga termuat dalam http://sejarah.kompasiana.com/ dan berbagai sumber lainnya :
*Pertama :
Mengedepankan aktor sejarah yang berasal dari kalangan penguasa.
Perubahan dalam sejarah hanya muncul dari kelompok penguasa. Rakyat kecil sebatas pelengkap saja. Versi sejarah seperti inilah yang diprotes oleh sejarawaan Sartono Kartodirjo, yang menyebutkan wong cilik juga bisa melahirkan sejarah seperti yang ia tuliskan dalam Pemberontakan Petani Banten (1888).
*Kedua :
Monopoli kebenaran.
Sejarah pesanan penguasa menabukan adanya perbedaan sudut pandang penulisan sejarah. Seperti historiografi peristiwa G 30 S yang menurut orde baru diotaki secara tunggal oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Dan ini bertahan sampai sekarang. Padahal, sudah banyak tulisan mengenai peristiwa ini yang menyebutkan keterlibatan pihak lain, termasuk Soeharto.
*Ketiga :
Historiografi sejarah buatan penguasa tidak hanya sebagai bahan bacaan semata, tetapi juga digunakan sebagai media indoktrinasi yang didukung dengan bantuan media elektronik seperti pembuatan film. Kita tentunya sudah biasa menonton fim G 30 S PKI setiap bulan September kala Soeharto masih berkuasa.
*Keempat :
Teks sejarah versi penguasa bertujuan untuk “mencuci” otak alam pikiran masyarakat. Di mana status quo akan aman ketika kondisi sosial masyarakat bisa dikendalikan. Yaitu dengan menanamkan rasa benci atau permusuhan terhadap kelompok lain yang dianggap bersalah atau bertanggung jawab atas suatu peristiwa sejarah.
Buku - buku yang memuat PKI dan film G 30 S PKI, terbukti efektif menimbulkan rasa permusuhan masyarakat terhadap anggota masyarakat lainnya yang terlebih dahulu sudah dicap sebagai anggota atau simpatisan PKI.
Mereka dikucilkan bahkan tidak memiliki akses hidup seperti masyarakat lainnya. Padahal, banyak diantara mereka yang tidak tahu-menahu soal peristiwa kelam tersebut.
Pentingnya Belajar sejarah
Belajar sejarah sangat penting bagi kita. Pada dasarnya sejarah secara etimologi diambil dari bahasa arab yaitu syajaratun yang digambarkan sebagai sebuah pohon.
Pohon itu memiliki banyak unsur. Ada batang, ranting, buah, akar, daun dan lain - lain. Kita dapat melihat bagaimana pohon itu tumbuh berkembang dan menumbuhkan daun.
Namun tak ada daun yang abadi, semua yang tumbuh pasti akan gugur pada waktunya. Seperti itulah sejarah. Ilmu serta catatan-catatan sejarah yang kita ketahui tidak selamanya abadi.
Sejarah sangat penting dalam kehidupan kita secara pribadi sebagai manusia, maupun sebagai masyarakat yang berbangsa dan bernegara.
Peristiwa-peristiwa yang telah terjadi bisa dijadikan pelajaran yang berharga untuk hidup yang lebih baik lagi.
Kita kesampingkan dulu masalah hafal menghafal nama tanggal dan tahun. Kita kedepankan makna yang terjadi dalam sebuah peristiwa.
Sebagai contoh : bagaimana caranya jepang dapat menang perang melawan unisoviet? Bukankah unisoviet salah satu Negara digdaya pada masanya?
Rasa persatuan dan nasionalisme yang kuat dari pendudunya membuat mereka percaya diri bisa mengalahkan pasukan musuh.
Ketika mereka hancur lebur saat pristiwa horisima dan Nagasaki? Betapa memilukannya peristiwa itu. Tetapi lihatlah sekarang mereka bangkit menjadi Negara maju dikawasan asia bahkan bersaing di dunia.
Di Indonesia?
Pada masa lalu. Siapa yang tidak mengenal Indonesia. Indonesia bak gadis perawan yang belum tersentuh oleh siapapun, semua pasti akan tergiur akan kemolekan tubuh nya (baca : kekayaan alam)
Banyak bangsa-bangsa di dunia ingin memperebutkan Indonesia, sumber kekayaan berupa rempah-rempah, belum lagi kekayaan lain nya, hampir semua ada di negeri tercinta ini.
Beratus - ratus tahun kita dijajah dan terkuras, semua kekayaan kita membuat negara penjajah semakin kaya.
Kini negeri ini telah berdiri sendiri, tidak ada lagi yang menjajah. Namun anehnya, mengapa kehidupan tak kunjung membaik?
Lupakah kita akan cita-cita pahlawan yang telah gugur?
Mereka berjuang mengorbankan jiwa dan raga demi anak cucu mereka bisa hidup merdeka, hidup lebih baik lagi sebagai bangsa yang bermartabat.
Masih tidak pentingkah sejarah untuk kita?
Melupakan sejarah adalah hal yang fatal dalam menjalani kehidupan. Kita akan terlupa dengan pesan-pesan yang telah ada, semakin lupa maka semakin terjerembab-lah kita dalam mengarungi kehidupan.
Orang yang memahami makna yang tertuang dalam sebuah peristiwa jika mempelajarinya akan lebih bijak lagi dalam mengambil sebuah keputusan, sehingga kemungkinan besar pepatah “jatuh dilubang yang sama” tidak akan terjadi pada dirinya.
Dari balik sebuah peristiwa, ambil yang baik dan perbaiki yang buruk.
Masih kah memandang sejarah sebelah mata?
Mempelajari masa lalu kemudian menceritakan kembali sepertinya begitu-begitu aja. Tidak sulit.
Yaaaa, tetapi ada makna yang lebih lagi dibalik itu semua.
Sama seperti perumpamaan sebuah pohon tadi. Untuk membuktikan kebenaran sejarah, tidak ada sebuah kebenaran yang kekal.
Sebuah catatan sejarah yang bertahun-tahun dijadikan acuan, akan luntur pada waktu nya sampai ada pencatat - pencatat sejarah baru yang bermunculan.
Layaknya daun pada tangkai sebuah pohon, bertahun-tahun tumbuh dan kemudian gugur satu persatu.
Ada daun yang tumbuh karena buatan manusia (dicangkok, dll) dari jauh terlihat alami namun jika dipandang lebih dekat, akan terlihat itu hanya buatan.
Sama seperti sejarah yang sengaja di setting alur kejadiannya untuk kepentingan sesuatu. Bertahun-tahun tertutup secara rapih, namun tunggulah, ada masa nya dimana pencatat sejarah beraksi.
Belajar sejarah juga dapat menempa kepemimpinan seseorang. termasuk kepemimpinan nasional.
Lihatlah soekarno, mengapa ia dikagumi?
Karena soekarno tahu dan paham benar bagaimana perjalanan sejarah bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan sampai masa kolonial.
Dengan mempelajari sejarah, ia menjadi tahu apa yang menjadi kesulitan, masalah dan keinginan rakyat.
Ia menjadi tahu bagaimana memimpin bangsanya agar bisa merdeka dari penjajahan kolonial Belanda. ia belajar dari perjuangan-perjuangan daerah untuk mengusir penjajah. yang dibutuhkan adalah "bersatu".
Untuk menjadi bangsa yang bermartabat sebagai bekas jajahan.
menjadi pemain utama politik dunia di tengah-tengah digdaya AS dan Uni Soviet.
Soekarno tidak mengandalkan politik pencitraan seperti kebanyakan elite politik sekarang ini. Ia tidak perlu memesan lembaga survei untuk mengetahui tingkat popularitasnya di mata rakyat.
Oleh karenanya, kepada elite politik nasional dan lokal, jika ingin berhasil dalam kepemimpinannya, belajar sejarah adalah syarat mutlak.
"Hidup akan lebih mudah jika saja kita mau melihat sejenak kebelakang, tetapi jika terus melihat kebelakang kita akan sulit melangkah kedepan.
JASMERAH!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Cukup sekian dulu, sampai jumpa lagi pada tulisan berikutnya. saya selaku owner sekaligus author Tomi Journey mengucapkan mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan maupun pengutipan.
Not:
Untuk menjaga silaturahmi berkomentarlah sesuai isi postingan.
memakai link hidup kek, link produk kek, gak dilarang, bebas-bebas aja disini gan. hahahaha"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar